Jumat, 02 Desember 2011

Membaca Bencana

Oleh: Arsyad Abrar
Gejala-gejala alam seperti gempa bumi, banjir, dan tsunami adalah diartikan sebagian besar oleh kita sebagai petaka. Musibah atau petaka diibaratkan sebagai tamu yang kehadirannya sama sekali tidak pernah diharapkan. Dinamakan petaka karena peristiwa ini menelan banyak korban jiwa, bahkan merusak segala infrastruktur yang ada.
            Dalam alquran kita temukan banyak ayat yang membicarakan fenomena alam seperti diatas, diantaranya ayat-ayat yang bercerita perihal hari kiamat. Seperti firman Allah dalam QS al-Zalzalah (99) : 1-2, “Apabila bumi itu diguncang dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi juga pada waktu itu mengeluarkan segala apa yang ada didalamnya.” Ayat tersebut secara umum menceritakan ada dan betapa dahsyatnya gempa bumi yang terjadi di penguhujung hari akhir nanti, disamping juga mengabarkan kepada kita bahwa gempa itu terjadi adalah dengan kuasanya.
            Bencana yang tidak kalah dahsyatnya selain gempa bumi adalah tsunami. Dalam alquran telah diceritakan, bahwa petaka ini telah menimpa kaum nabi Nuh as dengan bentuk banjir air bah yang sangat besar. Hal itu terjadi tatkala umatnya telah berprilaku melampaui batas dan tidak mau mengikuti apa yang telah Allah ajarkan melalui nabi-Nya.
Tidak hanya umat nabi Nuh saja yang mendapat azab dari Allah SWT akibat dari ketidakmauan mereka mengikuti tnutunan ilahi. Dalam alquran kita juga menemukan kisah-kisah memilkukan dari umat-umat yang membangkang, diantaranya kaum Tsamud, kaum ‘Ad, semua azab itu terjadi karena kezaliman dan pegingkaran mereka terhadap ajaran Allah SWT.
Bila kita kembalikan kepada kehidupan kita sekarang ini, petaka atau musibah yang terjadi seringkali membuat kita takut, menimbulkan kegelisahan yang berlebihan bahkan melahirkan suatu penyakit yang membuat kita lupa bahwa itu semua terjadi karena izin dan kehendak Allah SWT. Musibah, apapun bentuknya itu adalah ujian bagi orang-orang beriman yang datang dari Allah. Sejauh mana seorang hamba mampu bersabar hidup pasca terjadinya bencana, dalam kekurangan bahkan kehilangan harta benda dan keluarga yang dicintai. Allah SWT berfirman dalam QS al-Baqarah (2) : 155, “Sungguh kami (Allah) akan benar-benar menguji kamu dengan sesuatu yang berupa ketakutan dan kelaparan dan kekeruangan dari harta benda, kehilangan jiwa (orang yang kamu sayang) dan buah-buahan dan kabar gembiralah bagi orang-orang yang sabar.”
Namun, musibah ini tentunya berbeda bagi orang-orang yang ingkar dan kerap melakukan maksiat kepada Allah.  Musibah bagi mereka adalah teguran sekaligus azab sebagai wujud kezaliman yang telah mereka lakukan. Dan karena kefasikan itulah Allah mengazab mereka. Hal ini dipertegas oleh firman Allah SWT dalam QS al-Isra (17) : 16 , ”Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mentaati Allah), tetapi bila merajalela dan melakukan kedurhakaan (dinegeri itu), maka berlakulah perkataan (hukuman) kami, kemudian kami benar-benar binasakan negeri itu.”
Cepat tanggap dalam menghadapi berbagai macam persolan kehidupan adalah penting, apalgi jika itu berkaitan dengan musibah, bencana yang menelan banyak koraban. Pada saat itu lah nurani kita sebagai menusia dipanggil untuk berbagi dan ikut merasakan penderitaan saudara kita yang sedang dalam kesulitan. Tidak sekedar menonton pilunya tangisan mereka, tetapi kita mesti mampu membaca pesan yang tersirat dibalik bencana. Membaca bencana bagi rakyat adalah kesiapan untuk saling berbagi mengurangi penderitaan yang ada, begitu juga membaca bencana oleh para pemuka agama adalah menyejukan menghibur mereka yang larut dalam kesedihan, sedangkan membaca bencana bagi seorang pemimpin adalah sejauh mana ia mampu membangun dan menyediakan tempat yang layak bagi para korban, mencegah terjadinya banyak korban dengan evakuasi sedini mungkin. Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar