Jumat, 25 November 2011

Kejar Kerja Halal

Oleh: Arsyad Abrar
Bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan dalam kehdupan ini adalah sebuah keharusan. Tetapi, itu tidak berarti membuat kita melakukan segala cara, termasuk melakukan pekerjaan yang diharamkan. Karena segala sesuatu yang datang dari hal yang haram maka itu diharamkan.
Al-kisah, Lukman Hakim, sosok yang diabadikan al-Quran ini suatu hari memberikan nasihat kepada anaknya sebagai berikut, “wahai anakku, cukupilah kebutuhanmu dengan pekerjaan yang halal. Sebab, mana kala seseorang membutuhkan sesuatu, lazimnya ia akan mengalami tiga hal: yaitu, lemah akal, kedua, memperbudak agama, dan ketiga, lenyapnya harga diri dan ini adalah yang terbesar diantara ketiganya.

            Cuplikan nasihat diatas menggambarkan betapa pentingnya bekerja dengan pekerjaan yang halal. Pekerjaan yang halal akan membawa kebaikan dan berkah. Sedangkan pekerjaan yang haram akan mendatangkan musibah dan malapetaka. Orang yang telah gelap mata akan berbuat sesuka hatinya, sehingga membuatnya terpedaya dan tak mengenal lagi mana yang halal dan mana yang haram sehingga lenyaplahlah harga dirinya.
            Allah SWT berfirman dalam QS al-Baqarah (2): 172, “hai  orang-orang yang beriman makanlah oleh kamu hal-hal yang baik( apakah itu zatnya atau cara mendapatkannya) dari apa yang telah kami beri rezeki kepada kamu, dan bersyukurlah kepada allah jika kamu memang benar-benar menyembah kepadanya.”
            Ayat tersebut diatas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa memperoleh makanan yang baik dari apa yang telah mereka usahakan dan selalu bersyukur kepada Allah. Makanan yang baik didalam ayat tersebut mengindiaksikan dua hal. Yang pertama, makanan tersebut secara kesehatan tidak mengndung unsur-unsur yang dapat merusak kehidupan dan yang kedua, makanan tersebut diperoleh dengan cara yang baik pula.
Suatu pekerjaan pada dasarnya adalah halal, namun bila terkontaminasi oleh beberapa hal yang dilarang, maka pekerjaan tersebut sejurus bisa berubah menjadi haram. Contoh saja, dalam hal ibadah, melaksanakan shalat yang pada awalnya merupakan kewajiban, akan berubah menjadi dosa manakala dibarengi dengan sikap ujub dan riya. Begitu juga dengan pekerjaan sehari-hari yang kita lakukan, manakala hal tersebut dibumbui dengan perbuatan kotor maka akan menjadi haram. Hal seperti ini, banyak kita temukan di instansi-instansi yang melakukan praktek suap menyuap atau perilaku curang yang diakukan pedagang terhadap barang dagangannya. Itu hanya sebagian contoh kecil saja.
Islam selalu mengarahkan kita untuk senantiasa melakukan pekerjaan yang halal. Karena  bekerja itu merupakan sunnah Rasulullah. Bahkan ia adalah kewajiban yang telah Allah tetapkan pada setiap hambanya.
Hal ini diperkuat oleh firman-Nya dalam QS al-Jumu’ah (62): 10, “ Maka apabila kamu telah selesai melaksanakan Shalat maka bertebaranlah dimuka bumi untuk mencari dari rahmat Allah, dan senantiasalah untuk selalu mengingat Allah sebanyak-banyaknya, kamu pasti akan beruntung.” Adapun maksud dari bertebaran untuk mencari rahmat Allah adalah berupaya, bekerja dengan cara yang halal dan di ridhoinya.
Konsekuensi dari tekunnya bekerja adalah menghasilkan harta. Harta itulah yang digunakan untuk memenuhi kebutuha manusia, mulai dari sandang, pakiaan, tempat tinggal dan berbagai kebutuhan lainnya agar bisa terus hidup untuk beribadah kepada Allah. Disisi lain, kita masih juga melihat banyak orang yang terlalu berlebihan dalam meraup kekayaan, sampai-sampai ia melakukan pekerjaan yang secara agama itu dilarang. Diantaranya, bentuk pekerjaan yang ia lakukan secara tidak langsung telah merugikan rakyat banyak, terlebih lagi bila itu dilakukan oleh para pemimpin rakyat, sungguh ironis.
Dalam suasana yang labil ini, kaya dalam waktu sekejap merupakan mimpi semua orang. Namun janganlah hal tersebut dilakukan dengan cara-cara kotor dan merusak moral bangsa, karena setiap apa yang kita perbuat akan dimintai pertanggung jawabannya. Berkata rasulullah SAW:  Seseorang itu lebih mulia bila makan dari hasil jerih payahnya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud AS mencari rezeki dengan jerih payahnya sendiri pula.(dirrwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud dan an-Anasai)

publish : republika (24 februari 2011)
original writer

0 komentar:

Posting Komentar